Selasa, 06 November 2012
Postingan
kali ini saya akan membahas tentang sesuatu yang saya amati pagi ini.
Sesuatu yang sederhana, tapi cukup mengerutkan kening saya.
Seperti
biasa, saya berangkat kuliah jam setengah 7 pagi, berjalan kaki menuju
jalan raya supaya bisa naik angkutan umum menuju kampus. Seperti
biasanya lagi, saya menunggu di sebuah jembatan. Menunggu dengan waktu
yang cukup lama, karena saya memilih angkutan yang tidak banyak
penumpangnya. Karena saya malas untuk berdiri selama perjalanan menuju
kampus.
Sekitar
lima belas menit saya menunggu, akhirnya saya mendapatkan angkutan umum
yang saya inginkan. Saya naikilah angkutan itu, kemudian saya mencari
tempat duduk yang masih kosong, sehingga saya dapat menikmati perjalanan
yang nyaman ini.
Sejak
saya melihat angkutan ini, saya juga melihat sosok perempuan yang
kelihatannya sudah tua, tapi ya gak tua banget sih. Mungkin kepala tiga
(umurnya). Dari gaya nya dia adalah seorang kenek angkutan umum yang
saya naiki ini. Selain itu, memang sejak awal dia berdiri saja di pintu.
Ok, ya benar dia kenek angkutan umum ini. Jelas tertebak saat dia
menagih ongkos perjalanan saya.
Sebenarnya,
bukan hal yang luar biasa yang saya ketahui tentang perempuan yang
berprofesi menjadi kenek angkutan umum. Bahkan, karena sekarang negeri
saya ini telah diemansipasikan kaum perempuannya oleh seorang tokoh
bersejarah, banyak perempuan di negeri ini memiliki profesi yang
seharusnya dimiliki oleh kaum adam atau laki-laki. Yap, semua karena
emansipasi.
Saya
akan membahas tentang yang dilakukan perempuan yang berprofesi menjadi
kenek angkutan umum yang saya naiki ini. Hal ini sedikit membuat saya
ingin tertawa dan mengerutkan kening. Tepatnya saya mengerutkan kening
terlebih dahulu, kemudian tertawa.
Ketika
perjalanan saya sudah sampai setengahnya, saya mendengar perempuan
kenek itu berteriak kepada supir angkutan umum ini. Tepatnya saya tidak
tau, ya seperti … “Itu *menyebut nomor angkutan lainnya* mau ngejar”.
Saya pun memperhatikan kejadian itu. Sang supir tidak menjawab, ia hanya
melirik keadaan melalui kaca yang ada di depan kemudinya.
Jadi
begini, mungkin banyak orang tau istilah “rapat” dalam silsilah
perangkutan umuman *sedikit ribet ya mengucapnya?*. nah, ucapan dari
perempuan tadi lah yang menunjukkan istilah ini. Oh gini deh, kalau
memang kurang jelas dengan istilah “rapat”, saya akan menjelaskannya
sedikit.
ð Rapat
dalam perangkutan umuman berarti “Jika di depan atau di belakang
angkutan yang sedang beroperasi di jalan, ada angkutan lainnya, entah
dengan nomor yang sama atau pun beda, ataupun memiliki tujuan akhir yang
saling berdekatan, kemudian angkutan lainnya tersebut berada tidak jauh
dari…” ah pusing saya. Jadi gini aja deh. Ketika mobil A ada di jalan
M, kemudian mobil B berada di jalan N, sedangkan jalan M dan jalan N
hanya berjarak 100 meter, maka timbullah istilah “rapat” itu. Artinya,
seharusnya jarak antara mobil A dan mobil B adalah lebih dari 100, bisa
150 atau 200 meter di depan atau di belakang. Karena biasanya kalau
jarak berdekatan antar angkutan, akan menimbulkan kebut-kebutan untuk
dulu-duluan mendapatkan sewa atau penumpang. Logikanya sih penumpang
atau orang itu kan gak setiap menit ada dan menunggu di tempat yang
sama. Nah jadi, antara mobil A atau mobil B itu harus saling menjauhkan
jarak. Ya kurang lebih begitulah.
Lanjut.
Ternyata supir angkutan yang saya
naiki ini merespon dengan mulai mengebut dan berusaha menjauhkan jarak
dengan angkutan yang dilaporkan si supir tadi. Eh gak disangka ketika
angkutan ini mulai berjalan dengan cepatnya, di depan angkutan ini ada
angkutan lain. Dan sudahlah, terjadilah kebut-kebutan antara dua
angkutan ini. Jelas ini membuat penumpang panik, termasuk saya. Tapi,
saya memang mencoba menahan saja.
Nah, inilah yang terjadi. Ketika
angkutan ini berada sekitar 2 meter di belakang angkutan yang di
depannya itu, saya melihat si kenek perempuan ini menggenggam besi pintu
angkutan, ia keluarkan bagian belakang tubuhnya, kemudian berteriak
kepada kenek angkutan yang lainnya itu, dan yang membuat saya terkejut
adalah… perempuan ini menggoyangkan pinggulnya yang berada di sebagian
luar angkutan sambil meledek kenek lainnya itu. Dan ‘wow’ kenek lainnya
yang berjenis kelamin laki-laki dan sedikit lebih tua wajahnya dari
kenek perempuan ini, membalas goyangan pinggul si kenek perempuan. Saya
sempat mengerutkan kening saya, kemudian rasa tawa itu mulai keluar.
Tapi jelas saya tahan, karena saya sadar saya bisa tertawa
terbahak-bahak melihat kejadian itu. Aneh! Ingin sekali saya
mengeluarkan kamera dan merekam kejadian itu. Tapi, ya saya tidak bisa.
Aplikasi tidak mendukung.
Huh, benar-benar kejadian itu membuat saya lebih banyak tersenyum pagi ini :D
Sumber :
The World of EFAHHARRISON: Tentang Kenek Perempuan: Selasa, 06 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar